Saturday, November 6, 2010

Apa Gempa Bisa Diprediksi??

Gempa
Seperti biasanya, forward pesan lewat bbm (blackberry messenger) tentang apa saja dikirimkan oleh teman-teman yang telah menjadi temanku... Tapi ada pesan berbeda yang dikirimkan hari ini, yang berbunyi seperti berikut :
"Akan ada gempa bumi melanda pantai selatan Jawa dan Jakarta tanggal 8-11 November 2010 dengan magnitude 8.8 SR.. Info ini dari BMKG.. Mohon disebarluaskan".
Hmmm... seperti biasanya saya tidak percaya dengan info yang seperti ini.. Langsung saja saya mencari informasi via internet dan membuka situs BMG . Hasilnya adalah sebagai berikut :
  1. Telah beredar isu melalui SMS yang menyatakan bahwa akan ada gempa bumi melanda pantai selatan Jawa dan Jakarta tanggal 8-11 November 2010 dengan magnitude 8.8 SR yang mengatas namakan pegawai BMKG dan Media.
  2. BMKG menyatakan bahwa isu tersebut tidak benar dan menyesatkan. Tidak ada pegawai BMKG yang pernah menyatakan akan terjadinya suatu gempa bumi besar kedepan dan tidak akan pernah, karena gempa bumi saat ini belum bisa diprediksi kapan akan terjadi.
  3. Masyarakat diminta waspada dan tidak perlu menanggapi isu-isu semacam ini, dan melaporkan kepada instansi yang terkait.
DEPUTI BIDANG GEOFISIKA
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

DR. P.J. PRIH HARJADI
NIP. 19531214 197602 1 001

Wah, ada-ada saja ulah orang iseng di kala orang lain sedang berduka karena bencana... Setelah kupikir-pikir, apa benar gempa bisa diprediksi seperti isi pesan tersebut?

Mengutip pernyataan Kepala Balai Besar II Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Suhardjono, beliau mengatakan bahwa belum ada satu teknologi pun yang bisa memprediksi kapan terjadinya gempa secara pasti. Yang bisa diidentifikasi adalah :
  1. Lokasi. Adapun lokasi itu diketahui berdasarkan pergerakan-pergerakan lempeng, termasuk pertemuan lempeng yang menyebabkan terjadinya patahan.
  2. Besaran gempa. Identifikasi itu diketahui berdasarkan kondisi geologi yang ada, bagaimana, pergerakan lempeng, lempeng seperti apa, jenis tanah seperti apa, dan lainnya.
Sedangkan mengenai kapan gempa bisa terjadi belum dapat diidentifikasi dan belum bisa dijawab secara exact. Metode yang bisa dilakukan baru berdasarkan statistik, seperti probabilitas dan perkiraan periode. Misalnya berdasar statistik kegempaan di Indonesia menunjukkan pengulangan dalam waktu tertentu. Artinya, kalau bisa mencermati data peristiwa gempa yang ada, sedikit banyak kita bisa mengantisipasinya, meski tetap tak bisa mencegah kejadiannya. Kalau bisa memprediksi, berarti akan meminimalisir korban yang bakal jatuh sia-sia, melalui evakuasi dini, atau berbagai tindakan preventif lainnya. Persoalannya, statistik kegempaan di Tanah Air, belum begitu bagus. Datanya belum tersedia,  masih dalam rengkuhan para peneliti dan pakar-pakar gempa. Selain itu, belum ada kesatupaduan dalam penanganan, atau antisipasi masalah kegempaan di republik tercinta ini.

Namun, yang namanya manusia tetap saja ingin mengetahui sesuatu dengan cepat. Sifat ini mendorong terciptanya alat yang dapat mendeteksi gempa. Dr Wahyudi, Peneliti Pusat Studi Bencana Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sedang meneliti pemanfaatan atropatena sebagai alat untuk memprediksi gempa bumi dalam jangka pendek. 
Gambar Atropetana
Atropatena merupakan alat yang dapat merekam variasi medan gravitasi akibat adanya gelombang tektonik yang muncul akibat gempa. Saat ini baru tiga stasiun di seluruh dunia yang dipasang atropatena, yakni di Baku, Azerbaijan, Islamabad, Pakistan, dan Yogyakarta. Stasiun yang dibangun di Yogyakarta sudah terhubung dengan website, sehingga bisa diketahui informasi mengenai perubahan gelombang tektonik di seluruh dunia. Atropatena memang menjadi wacana baru di kalangan ilmuwan guna memprediksi terjadinya gempa bumi. Para ilmuwan masih belum percaya dengan alat tersebut, karena belum terbukti. 
Kesimpulannya, menurutku gempa belum bisa diprediksi oleh teknologi apapun meskipun ada teknologi yang sedang dikembangkan untuk mendeteksinya... Semua berpaling pada kita sebagai manusia untuk lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta.. (di Jawa disebut "Tirakat", yakni upaya kita untuk mendekatkan diri dengan Tuhan)...
Semoga bermanfaat...
Referensi :


0 comments:

Post a Comment